Endapan yang lunak itu lalu mengeras dalam ribuan sampai belasan ribu tahun. Karena masih tergolong pendek dalam skala waktu geologi, maka perkerasannya juga belum sempurna. Endapan itu masih akan terus mengeras yang mengakibatkan penurunan tanah secara alamiah. Penurunannya bisa tambah cepat kalau di atasnya ada beban.
Oya, ini jalan-jalan pakai Salomon yang dioleh-olehi istri saya akhir minggu lalu.
Saya jalan-jalan di tepian waduk yang ada di sekitar rumah. Di sini saya memperlihatkan karakter endapan lempung yang menjadi ciri endapan danau. Ya. Yang namanya Waduk Saguling adalah contoh danau buatan manusia. Perilakunya akan mirip dengan danau alamiah.
Jadi saat Waduk Saguling sedang mengisi air, maka air di tempat saya berdiri akan surut. Ketika volume air di waduk sedang tinggi, maka air limpahannya dikeluarkan, sampai menggenangi lokasi yang saya kunjungi. Saat surut, maka kita bisa melihat endapan lempungnya.
Lempung seperti itulah yang terbentuk di dasar dan tepian Danau Bandung, yang saat ini membentuk dataran Bandung. Endapan Danau Bandung zaman dulu pun akan terlihat sama saja dengan yang saya injak tadi pagi.
Tentang tempat pemancingan di dekat rumah. Pagi ini sempat lari sebentar, lalu mampir ke tempat pemancingan di dekat rumah. Sudah rame, mungkin karena pas puasa. Pace seharian akan selow. :D
Btw Anda akan melihat banyak karamba. Di dalamnya dibudidayakan ikan air tawar. Ini termasuk budidaya perikanan darat. Pepes ikan mas yang Anda makan saat berbuka nanti, bisa jadi dari ini.
Kalau perikanan ini tidak dikendalikan, bisa berdampak ke kualitas air danau (air Waduk Saguling). Karena ikan kan juga makhluk hidup yang bermetabolisme seperti kita. Dia butuh makan dan juga butuh buang kotoran. Berbagai reaksi kimiawi dan biokimia akan terjadi. Akan saya perlihatkan dalam video terpisah.
https://www.youtube.com/shorts/Dmwby9cvnuc
Bendungan Waduk Saguling Indonesia - Pixabay/denihermawan
Bendungan Saguling, sebuah danau buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, berfungsi untuk menahan aliran Sungai Citarum. Meski rencana pembuatannya telah ada sejak 1948, pembangunan Bendungan Saguling harus ditunda karena prioritas pembangunan Waduk Jatiluhur. Proses pembangunannya baru dimulai kembali antara 1980-1986. Fakta menarik tentang Waduk Saguling adalah bahwa walaupun rencananya telah ada sejak lama, pembangunannya harus menunggu hingga 32 tahun sebelum akhirnya dimulai.
Karena di sekitar tepiannya banyak diendapkan lempung dan kalau di area itu banyak makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) ada kemungkinan kita akan menemukan fosil. Dan memang terbukti, setidaknya fosil gajah purba (Stegodon) yang hidup di sekitar 30.000 sampai 80.000 tahun yang lalu (Fosil Kaki Gajah di Waduk Saguling dan Jejak Danau Purba - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id). Lempung mampu mengawetkan sisa-sisa makhluk hidup, yang pada akhirnya akan membatu menjadi fosil.
**Penemuan Fosil**: Fosil kaki gajah purba ditemukan di Pulau Sirtwo, Waduk Saguling, oleh warga setempat, Jahidin, saat menjala ikan1. Tim dari Badan Geologi Bandung berhasil mengangkat fosil tersebut pada 16 Oktober 2021.
**Asal Fosil**: Fosil yang ditemukan berasal dari kelompok Bovidae (sapi, kerbau, dan banteng), Cervidae (rusa), dan Elephas maximus (gajah)2. Peneliti dari ITB sedang menyelidiki usia fosil, yang diperkirakan berasal dari Zaman Kuarter atau Holosen.
Konteks Sejarah: Temuan ini menambah bukti bahwa gajah pernah hidup di Pulau Jawa. Referensi sejarah dan arkeologis menunjukkan bahwa gajah-gajah mungkin telah dibawa dari Jawa ke Borneo beberapa abad lalu.
Pertanyaan Penelitian: Peneliti juga mengeksplorasi apakah fauna seperti gajah adalah endemik Cekungan Bandung atau bermigrasi dari Asia, serta penyebab kepunahan gajah di Jawa.
Stegodon hunghoensis - Stegodon - Wikipedia
https://open.spotify.com/episode/6n4IpwnkZdIh4FVm8wM4I5?si=Dfk4MUJHTDi77mdUw23FsQ
